academia.edu

MELACAK ARSITEKTUR KERATON BANJAR

  • ️https://unlam.academia.edu/AzilAtoel

Related papers

APLIKASI PERKANTORAN ABIATA BANJARNAHOR

ABIATA BANJARNAHOR, 2022

Aplikasi perkantoran adalah aplikasi yang berguna dan berfungsi untuk memudahkan karyawan di kantor, baik dalam bekerja maupun menjalankan aktivitasnya di perusahaan. Aplikasi perkantoran umumnya terdiri dari aplikasi-aplikasi seperti pengolah kata dan lembar kerja. Dalam dunia kerja, aplikasi perkantoran memang dibutuhkan oleh para pekerja untuk memudahkan pekerjaan dan mengelola facts sehingga setiap pekerja dituntut untuk wajib mampu mengoperasikan berbagai aplikasi kantor. Aplikasi perkantoran biasanya terdiri dari aplikasi presentasi, basis dan analisis information, desain grafis, komunikasi (chatting) hingga aplikasi untuk melakukan absensi

KAJIAN ARKEOLOGI MENGENAI KERATON SUROSOWAN BANTEN LAMA, BANTEN

Penelitian ini adalah kegiatan arkeologi baik kegiatan lapangan maupun non-lapangan. Fokus penelitian ini adalah mengetahui bentuk, penataan, dan fungsi ruang dan/atau bangunan khususnya struktur bangunan bagian bawah yang masih tampak di dalam keraton Surosowan. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode ekskavasi, studi kepustakaan, analisis artefak dan fitur, analisis khusus, serta rekonstruksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis peta kuna, keraton Surosowan paling sedikit telah mengalami lima tahap pembangunan. Dari data pengupasan dan penggalian keraton sekarang ini hanya dapat memperlihatkan adanya dua fase pembangunan. Berdasarkan sisa ubin dalam tiap ruang, diperoleh rekonstruksi ukuran dan pola pasang ubin pada tiap ruang di kompleks keraton. Diperoleh pula data untuk merekonstruksi pola pasangan bata dinding bangunan dan pondasi pada bangunan di kompleks keraton. Sementara itu, fungsi bangunan yang diketahui adalah tempat tinggal sultan dan keluarga, bangsal terima tamu, kolam Roro Denok, dan pemandian Pancuran Mas.

PENELUSURAN ARSITEKTUR INDIS PADA STASIUN KERETA API BINJAI

Jurnal Arsitektur dan Perkotaan "KORIDOR", 2017

INDIS ARCHITECTURE IN BINJAI RAILWAY STATION Ludy Hartono Imam Faisal Pane Abstract The colonial’s architecture was spread in cities in Indonesia. It was influenced by the modern architecture that was emerging in Europe. For the time being, acculturation happened between the Dutch and the heterogeneous Indonesian. Its design adapted with the local condition and climate. Mostly, it is called by Indis Architecture. It was the result of the culture and lifestyle which was begun since the Dutch colony. As for example, Binjai Railway Station, which was established in 1887. This adapted two different culture, the Dutch and the Malays. This research describes Indis architecture in Binjai Railway Station by qualitative methods and descriptive approach. Data will be taken by observing form and architectural element of the building. As of it, Binjai Railway Staion adapted two different cultures which resulted in a new culture, Indis architecture. Keywords: colonial’s architecture, Indis architecture, Dutch, Malays PENELUSURAN ARSITEKTUR INDIS PADA STASIUN KERETA API BINJAI Ludy Hartono Imam Faisal Pane Abstrak Peninggalan arsitektur kolonial cukup banyak tersebar pada kota-kota di Indonesia. Pembentukan arsitektur kolonial awalnya mendapat pengaruh dari arsitektur modern yang berkembang di Eropa. Seiring berjalannya waktu, terjadi pencampuran budaya antara Belanda yang telah lama menetap dengan budaya Indonesia yang beraneka ragam. Desain arsitekturnya memiliki kekhasan beradaptasi dengan kondisi lokal dan iklim setempat. Wujud dari bangunan ini sering dinamakan dengan arsitektur Indis. Hasil karya arsitektur ini merupakan hasil karya dari kebudayaan dan gaya hidup Indis yang dimulai sejak pemerintahan Hindia-Belanda (Netherland-Indische). Salah satu bangunan peninggalan arsitektur Indis adalah Stasiun Kereta Api Binjai yang telah berdiri sejak tahun 1887. Bangunan ini mengadaptasi dua kebudayaan berbeda, yaitu kebudayaan kolonial Belanda dan kebudayaan lokal Melayu. Penelitian ini membahas penelusuran arsitektur Indis pada Stasiun Kereta Api Binjai yang masih melekat hingga saat ini dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan secara deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung dengan melakukan pengamatan bentuk bangunan dan elemen arsitektural pada Stasiun Kereta Api Binjai. Hasil penelitian menunjukkan Stasiun Kereta Api Binjai diadopsi dari pertukaran dua budaya yang berbeda menghasilkan suatu budaya yang baru dalam wujud arsitektur Indis. Kata kunci: arsitektur kolonial, arsitektur Indis, Belanda, Melayu

ABSTRAK DISERTASI ESRON AMBARITA

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan menjelaskan sistem morfologi bahasa Batak Toba dari sudut pandang transformasi generatif model Halle. Analisis sistem morfologi bahasa Batak Toba dititikberatkan pada empat rumusan masalah penelitian, yaitu (1) Bagaimanakah afiksasi dalam sistem morfologi bahasa Batak Toba?, (2) Bagaimanakah proses reduplikasi dalam sistem morfologi bahasa Batak Toba? (3) Bagaimanakah proses pemajemukan dalam sistem morfologi bahasa Batak Toba?, dan (4) Bagaimanakah bentuk kata-kata potensial dalam sistem morfologi bahasa Batak Toba? Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan metode cakap beserta teknik-tekniknya. Data yang diperoleh adalah data lisan dan data tulisan. Mengingat kaidah proses morfologis bahasa Batak Toba sangat berbeda dari kaidah bahasa Inggris sebagai objek kajian Halle (1973) yang melahirkan teori morfologi generatif, peneliti memandang sangat perlu memodifikasi teori Halle. Peneliti menambahkan dua komponen baru yaitu Kaidah Ortografi dan Kaidah Fonologis di antara komponen 'saringan' dan 'kamus'. Dengan demikian perangkat kaidah transformasi generatif sebagai teori modifikasi dalam disertasi ini ada enam komponen yaitu: (1) Daftar Morfem, (2) Aturan Pembentukan Kata, (3) Saringan, (4) Kaidah Ortografi, (5) Kaidah Fonologis, dan (6) Kamus. Analis data dilakukan dengan teori modifikasi tetapi tetap mengacu pada teori Halle sebagai teori utama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ditemukan 85 afiks dalam sistem morfologi generatif bahasa Batak Toba yang terdiri atas 46 afiks infleksi dan 39 afiks derivasi. Keseluruhan afiks ini ditemukan melalui: (1) prefiksasi, (2) infiksasi, (3) sufiksasi, (4) konfiksasi, dan (5) kombinasi afiksasi. Ke 46 proses afiks infleksi terdiri atas 6 afiks pembentuk N yang terdiri atas PREF [